Selasa, 04 Desember 2012
LAUT
16.51 | Diposting oleh
theyaa_qorry |
Edit Entri
LAUT
Sejarah
terbentuknya laut
Bumi dilahirkan sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Menurut ceritanya, tata
surya kita yang bernama Bima Sakti, terbentuk dari kumpulan debu (nebula) di
angkasa raya yang dalam proses selanjutnya tumbuh menjadi gumpalan bebatuan
dari mulai yang berukuran kecil hingga seukuran asteroid dengan radius ratusan
kilometer. Bebatuan angkasa tersebut selanjutnya saling bertabrakan, dimana
awalnya tabrakan yang terjadi masih lambat. Akibat adanya gaya gravitasi,
bebatuan angkasa yang saling bertabrakan itu saling menyatu dan membentuk suatu
massa batuan yang kemudian menjadi cikal bakal (embrio) bumi. Lama kelamaan
dengan semakin banyaknya bebatuan yang menjadi satu tersebut, embrio bumi
tumbuh semakin besar. Sejalan dengan semakin berkembangnya embrio bumi
tersebut, semakin besar pula gaya tarik gravitasinya sehingga bebatuan angkasa
yang ada mulai semakin cepat menabrak permukaan embrio
bumi yang sudah tumbuh semakin besar itu. Akibat tumbukan2 yang sangat dahsyat
tersebut timbulah ledakan2 yang sudah pasti sangat dahsyat pula yang
mengakibatkan terbentuknya kawah2 yang sangat besar dan pelepasan panas secara
besar2an pula.
Laut
sendiri menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya
bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C) karena
panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer
bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan
tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang
menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu,
gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi.
Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias 'ruar biasa'
tingginya karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi.
Sebelum kita lanjutkan pembahasannya,
ada satu pertanyaan yang mengganjal yang perlu diajukan di sini, yaitu
"dari mana air yang membentuk lautan di bumi itu berasal?" Itu
pertanyaan yang sukar dijawab, dan para ahli sendiri memiliki beberapa versi
tentang hal itu. Salah satu versi yang pernah saya baca adalah bahwa pada saat
itu, bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik,
disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang
mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. Akibatnya, uap
air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang
mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di bumi
hingga terbentuklah lautan.
Secara perlahan-lahan, jumlah karbon
dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan
bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit
mulai menjadi cerah sehingga sinar matahari dapat kembali masuk menyinari bumi
dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di bumi
juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di bumi yang awalnya terendam air
mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi
dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin.
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu,
planet bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu
bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas
yang ada, namun pada saai itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi.
Kehidupan di bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the
ocean). Namun demikian, masih merupakan perdebatan hangat hingga saat ini kapan
tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di bagian lautan yang mana? apakah di
dasar laut ataukah di permukaan? Hasil penemuan geologis pada tahun 1971 pada
bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun)
menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan
hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut.
Siklus
Hidrologi
Air
di bumi memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu
lingkaran peredaran yang disebut siklus hidrologi, siklus air atau daur
hidrologi.
Siklus air atau daur hidrologi adalah pola sirkulasi air dalam ekosistem yang
dimulai dengan adanya proses pemanasan permukaan bumi oleh sinar matahari, lalu
terjadi penguapan hingga akan terjadi kondensasi uap air, yaitu proses
perubahan uap air menjadi titik-titik air. Kumpulan titik air di atmosfer
dinamakan awan. Bila uap air telah menjadi titik-titik air, maka hujan akan
turun. Kemudian air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan tersebar, ada yang
meresap ke dalam tanah (infiltrasi),
singgah di dedaunan, mengalir di permukaan (run
off) menuju laut melalui
sungai atau mengumpul di danau, atau menguap lagi ke Atmosfer.
Siklus air dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a.
Siklus Pendek,
merupakan
suatu proses peredaran air dengan jangka waktu yang relatif cepat. Proses ini
biasanya terjadi di laut. Air laut mengalami evaporasi (penguapan), karena
adanya panas dari sinar matahari. Uap air dari evaporasi naik ke atmosfer
sampai pada ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk
awan. Ketika awan sampai pada kondisi titik jenuh akibat mendapat pemanasan
matahari, maka akan mencair lagi jatuh sebagai presipitasi/ hujan di atas laut.
Air yang turun ini kembali menjadi air laut yang akan mengalami evaporasi lagi.
b.
Siklus Sedang,
Air
laut mengalami evaporasi menuju atmosfer, dalam bentuk uap air karena panas
sinar matahari. Angin yang bertiup membawa uap air laut ke arah daratan. Pada
ketinggian tertentu, uap air yang berasal dari evaporasi air laut, sungai, dan
danau terkumpul makin banyak di udara. Suatu saat uap air menjadi jenuh dan
mengalami kondensasi, kemudian menjadi hujan. Air hujan yang jatuh di daratan
selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau, dan menuju ke laut lagi.
c.
Siklus Panjang,
Panas
sinar matahari menyebabkan evaporasi air laut. Angin membawa uap air laut ke
arah daratan dan bergabung bersama dengan uap air yang berasal dari danau,
sungai, dan tubuh perairan lainnya, serta hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap
air ini berubah menjadi awan dan turun sebagai salju di puncak gunung maupun
presipitasi (hujan). Air hujan yang jatuh, sebagian diserap oleh tumbuhan serta
sebagian lagi mengalir di permukaan tanah (run off) menuju parit, selokan, sungai, danau,
dan selanjutnya ke laut. Sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi)
menuju lapisan-lapisan tanah berikutnya (perkolasi) menjadi air tanah.
Air tanah di tempat-tempat tertentu seperti daerah patahan, juga dapat muncul
kembali ke permukaan menjadi sumber mata air. Siklus panjang merupakan siklus
yang berlangsung paling lama dan prosesnya paling lengkap.
Terjadinya siklus air tersebut disebabkan oleh adanya proses-proses yang
mengikuti gejala meteorologis dan klimatologis, antara lain:
Evaporasi,
yaitu
penguapan air yang terdapat pada benda-benda mati (abiotik) seperti air darat,
air laut, permukaan tanah, dan batuan. Proses Penguapan di bumi 80% berasal
dari penguapan air laut.
Transpirasi,
yaitu
proses pelepasan uap air dari benda-benda hidup (biotik), seperti pada
tumbuh-tumbuhan melalui stomata atau mulut daun.
Evapotranspirasi,
yaitu
proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
Kondensasi,
yaitu
proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.
Adveksi,
yaitu
transportasi air pada gerakan horisontal seperti transportasi panas dan uap air
dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
Presipitasi,
yaitu
segala bentuk curahan atau hujan dari afmosfer ke bumi yang meliputihujan air,
hujan es, dan hujan salju.
Run
off (aliran
permukaan),
yaitu
pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.
Infiltrasi,
yaitu
perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
Intersepsi
yaitu
proses yang terjadi ketika hujan turun di hutan yang lebat, tetapi air tidak
sampai ke tanah, akibat intersepsi air hujan tertahan oleh daun-daunan dan
batang pohon.
KOMPONEN KOMPONEN LAUT
Adapun unsur-unsur utama (komponen)
yang terjadi dalam proses siklus hidrologi, adalah sebagai berikut:
1. Evaporasi (presipitasi), air di permukaan bumi, baik di daratan maupun di
laut dipanasi oleh sinar matahari kemudian berubah menjadi uap air yang tidak
terlihat di atmosfir. Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui
sebuah proses yang dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh
secara aktif melepaskan uap air 5 sampai 10 kali sebanyak air yang dapat
ditahan. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir
80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari
daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga
berasal dan transpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut evapotranspirasi.
2. Kondensasi, uap air naik ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi akan
mengalami pendinginan, sehingga terjadi perubahan wujud melalui kondensasi
menjadi embun, titik-titik air, salju dan es. Kumpulan embun, titik-titik air,
salju dan es merupakan bahan pembentuk kabut dan awan.
3. Presipitasi, ketika titik-titik air, salju dan es di awan ukurannya semakin
besar dan menjadi berat, mereka akan menjadi hujan. Presipitasi pada
pembentukan hujan, salju, dan hujan batu (hail) berasal dan kumpulan awan.
Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus udara.
Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju pegunungan, awan-awan
tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi jenuh air yang kemudian
air tersebut jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu (hail), tergantung pada
suhu udara sekitarnya.
4. Infiltrasi (Perkolasi), air hujan yang jatuh ke permukaan bumi khususnya
daratan, kemudian meresap ke dalam tanah dengan cara mengalir secara infiltrasi
atau perkolasi melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan, sehingga
mencapai muka air tanah (water table) yang kemudian menjadi air bawah tanah.
5. Surface run off, air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat
bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Air permukaan, baik yang
mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Kenapa Air Laut Asin . . . ???
Hm.., setelah mencari kesana kemari di GOOGLE akhirnya ku temukan juga
jawabannya.., aseeekkk
. Ini hasil pencarianku di goole tentang
“Kenapa Air Laut Asin”.
Sebenarnya,
semua air yang bersumber dari bumi ini asin, namun kadarnya
berbeda-beda. Air yang kita minum juga mengandung garam tapi sangat
sedikit sekali sehingga tak terasa oleh lidah kita. Kalau air laut kadar
garamnya sangat tinggi, gak percaya? coba aja sendiri
.
Kok
Bisa Asin?
Sebenarnya
rasa asin di air laut itu berasal dari daratan, skemanya gini :
Hujan
=> Air meresap ke tanah => masuk ke sungai => kembali ke laut
Kalo
diceritakan gini :
Mula-mula saat terjadi hujan, air akan meresap
ke tanah, kemudian dari resapan-resapan itu akan masuk ke sungai kemudian ke
laut lagi.
Nah pada saat perjalanan menuju ke laut tersebut
air dari daratan juga membawa garam-garam mineral yang berasal dari sela2
bebatuan di kerak bumi, sehinga laut dipenuhi garam-garam mineral.
Kita
mengetahui laut mempunyai permukaan yang sangat luas sehingga hal ini menjadi
salah satu faktor penguapan yang cukup besar. Pada saat air laut menguap dan
menjadi awan kemudian
hujan, yang menguap hanyalah H2O (air ) sedang garam-garam mineral tetap
tinggal bersama air laut. Begitulah sehinggga air laut rasanya asin.
Kadar
keasinan air laut ini dipengaruhi oleh faktor suhu, biasanya semakin panas
daerah tersebut air lautnya semakin asin. Di seluruh pelosok dunia, sungai
mengirim sekitar 40 milyar ton garam ke laut setiap tahunnya.
Asin
Menurut Sejarah?
Menurut
sejarah terbentuknya air laut 4,4 milyar tahun yang lalu (usia air laut), air
laut awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar
100 °C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena
saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida (CO2). Keasaman air inilah
yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan
garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini.
Kenapa
Air Danau Tidak Asin? Padahal Airnya Juga Dari Daratan ?
Permukaan
air danau tidak cukup luas, sehinggga penguapannya tidak begitu besar,
maksudnya air yang menguap dengan air yang masuk ke danau masih seimbang dan
sumber mineralnya sangat terbatas beda dengan laut yang sumber mineralnya dari
berbagai penjuru dunia menjadi satu.
Kadar
Keasinan Air Laut
Diperkirakan
kadar garam laut di Bumi kita ini sekitar 5
x 10 pangkat 16 ton garam.
Sebagai perbandingan Jika garam itu disebarkan di permukaan daratan di dunia
ini tebalnya kira-kira 40 gedung bertingkat. Atau sekitar 1,02338 gram per
kubik. Keasinan air laut lebih asin 220 kali daripada air-air di tempat lain.
Kadar
garam (salinitas) bervariasi pada setiap lautan. Rata-rata salinitas Samudera
sekitar 3,5%, artinya :
Dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun
tidak seluruhnya garam dapur/NaCl).
Salinitas
laut tertinggi terdapat di Laut
Merah, sedangkan yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara
Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik.


Langganan:
Postingan (Atom)
mud
PinkSalam
iklan
jam
gasrfire
follow GARFIELD
Recent comen
Followers
MUSIC


free music at divine-music.info
Total Tayangan Halaman
Blog Archive
About Me
Diberdayakan oleh Blogger.